Tuesday 21 June 2011

ini...

Sebagai anak-anak, gua seneng banget minta sesuatu ke orang tua.
Memang contoh anak yang kurang baik.
Apalagi, gua udah tau reaksi orang tua gua kalau gua minta sesuatu yang... ehm, terlalu berlebihan lah sebutannya. Tapi, gua tetep kekeuh,
sampai akhirnya terjadi dialog ini:
"Ma, aku mau ke Bandung..."
"Kamu nggak bosen disana? Tanggung ah, bentar lagi kamu bagi ijazah."
"Tapi ma..."
"Nggak ada tapi-tapian!"
"Ma, lebih bosen dirumah. Nggak ngapa-ngapain..."
"Tanggung dek... Kalau mau pergi yang lama sekalian. Kamu pulang-pulang lagi mah, sama aja boong..."


Mama?
Aku... diusir?
Jadi ini yang namanya 'Pengusiran halus'?

Nyesek adalah... Saat lu minta pergi ke orang tua dan orang tua lu emang berharap agar lu pergi dari rumah.

Tapi, gua tetep mau liburan.
Besoknya, gua nyoba lagi.
"Ma, ke trans studio yuk."
"Kapan-kapan ya, atau nggak nanti kamu ke bandung aja. Setelah ambil ijazah, ya..."
"Hooh okedeh ma."


Gua merasa dialog ini terlalu pendek, gua lanjutin.
...padahal harusnya jangan dilanjutin.
"Terus ke prj kapan ma?"
"Kamu kok banyak maunya, sih..." 
"Habisnya, kan, liburan ma..."
"Aduh kamu! Ngajakin ke prj, kayak berani aja sama ondel-ondel."
*JLEB*


Dialog ini sungguh terjadi.
Dan gua shock karena ibu gua tau kelemahan gua yang terfatal...
Oke, dari dulu gua emang suka takut sama orang-orang berkostum. Pernah ada suatu event dimana ada banyak badut bertebaran. 
Dengan naluri anak-anak, guamah seneng aja difotoin sama benda bernama badut itu.
Tapi... disinilah malapetaka terjadi.
Gua keasikan main sama badut *MAIN APACOBA LU SAMA BADUT, JAN!?*
Dan pas gua nengok kebelakang, orangtua gua gak ada.

Shitman.


Gua ditinggalin bersama badut yang joget-joget gakjelas kayak pinggangnya baru diseruduk lutung jawa.
Pas gua mau kabur, tiba-tiba tangan gua... ditarik sama salah satu badut.
AAAAAAAAAARGH

Tiba-tiba gua pingsan.
nggakdeng.

Reaksi gua... Ya paniklah. Ini sama horrornya kayak berada di lautan bencong! Gua berusaha kabur, tapi badutnya kekeuh. Anjirlah, gua panik. Seriusan paniknya. Panik maksimal.
Sebagai anak kecil yang lugu (...) gua stay cool dan coba mengakrabkan diri dengan mahkluk berkepala besar berkaki pendek itu.
Sayangnya gua terlalu takut.
Gua takut banget sama tiap gerakan dan jogetan manusia berbulu badut itu. Gua nangis... Eh kayaknya belom nangis, hampir doang... *jaim*


Beberapa saat kemudian, orangtua gua dateng. ALHAMDULILLAH! 
Gua langsung lari kearah mereka dan tidak menengok lagi pada badut itu.
Dan sekarang... Gaktau kenapa kalau ada dideket badut, atmosfirnya jadi mencekam banget.
Gua tau ini berlebihan, tapi ya... 
Inilah yang namanya, 'Trauma masa kecil.'
Cupu lu, jan. 

No comments:

Post a Comment

Write down your comments here!